Latar belakang
Behavioral Matrix (1978) adalah tools yang dirancang oleh Susan Sayers untuk mengidentifikasi leadership style guru-guru. Tujuan dari adanya tools ini adalah agar peran guru dapat berjalan secara maksimal sehingga terjalin hubungan interpersonal yang positif dengan sesama guru dan orang tua, serta menumbuhkan rasa saling memiliki sehingga menghasilkan kolaborasi yang kuat. Leadership style pun dapat bermanfaat bagi individu sebagai alat evaluasi diri, meningkatkan rasa percaya diri, hingga mengetahui cara-cara untuk beradaptasi di berbagai lingkungan.
Elemen Behavioral Matrix
Terdapat 2 sumbu di dalam behavioral matrix; yakni sumbu formal–informal dan sumbu dominant–easy going. Berdasarkan 2 sumbu tersebut, terdapat 4 behavior style, yakni promoter, supporter, controller, dan analyzer.
Secara umum, formal mengacu pada sikap yang cenderung fokus pada tugas, dan informal cenderung fokus pada orang. Sedangkan dominant mengacu pada karakter ekstrover/gerak cepat, dan easy going mengacu pada karakter introvert/gerak lambat.
Alat Ukur
Menentukan behavior style guru dapat dilakukan dengan mengisi Behavioral Characteristic Rating Form. Di dalam form tersebut terdapat 26 indikator yang perlu diisi sesuai dengan keadaan diri untuk kemudian dilakukan penilaian dan identifikasi agar dapat menghasilkan salah satu dari 4 leadership style.
Behavioral matrix dimanfaatkan di Grade 9 untuk meningkatkan rasa percaya diri dan mengenal kekurangan serta kelebihan, terutama menjelang kegiatan ujian praktik yang mengharuskan siswa melakukan pidato dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri.
Karena tools tersebut dimaksudkan untuk guru-guru, maka setiap indikator mendapatkan penyesuaian agar mudah dipahami sehingga tujuan yang ingin diperoleh tetap tercapai.
Pemanfaatan Tools
Setelah memperoleh hasil, setiap siswa mendapat informasi dasar mengenai 4 leadership style yang mendukung kebutuhan belajar. Berikut ini beberapa ciri dari 4 leadership style menurut Sayers yang dapat mendukung kebutuhan pembelajaran Bahasa Indonesia.
Promoter
Memiliki Kemampuan bahasa persuasif, selalu antusias, ramah, dan bersahabat.
Supporter
Selalu melibatkan orang lain, nyaman, dan dapat membuat orang lain berpikir.
Controller
Memiliki keinginan yang kuat, gigih, selalu berpikir logis, dan responsif terhadap setiap kejadian.
Analyzer
Selalu berpikir secara sistematis, mampu memecahkan masalah, dan selalu memberi fakta dan konsep.
Selain diberikan kepada murid, behavioral matrix pun disebar kepada beberapa guru di secondary, elementary, dan preschool CLS.
Berbeda dengan siswa, tujuan pengisian Behavioral Characteristic Rating Form oleh guru adalah untuk menjaga profesionalisme sebagai pekerja, agar setiap individu semakin mendalami peran diri di lingkungan kerja, menentukan posisi dan peran yang tepat untuk dijalankan oleh seorang individu, dan juga untuk menetapkan KPI yang semakin komprehensif dan objektif.
Penutup
Hal yang perlu digarisbawahi dari behavioral matrix adalah tidak ada leadership style yang dominan atau unggul, sebab tujuan dari adanya tools ini adalah untuk mengenal diri sendiri, bukan untuk mencetak pemimpin secara struktural.
Selain itu, setiap karakteristik yang melekat di dalam leadership style pun tidaklah bersifat mutlak karena lingkungan turut mendukung terjadinya pembentukan/perubahan karakter seseorang.
Pengembangan artikel
Agar artikel ini dapat terus berkembang, maka diperlukan penelitian dan pembahasan mengenai peran Practitioners and Strategists. Bagi siswa, memahami 2 peran tersebut dapat membuat mereka semakin sadar diri dengan kemampuan yang dimiliki dan tidak tergesa-gesa untuk menjadi pemimpin secara struktural. Sedangkan bagi guru dan sekolah, memahami 2 peran tersebut dapat menjaga kestabilan sekolah sehingga setiap peran senantiasa diisi oleh orang-orang yang tepat.
Sumber
Goodwin, Les J. 2015. The Differences between Practitioners and Strategists
Susan, Sayers. 1978. Leadership Style: A Behavioral Matrix